Kamis, 28 Juli 2011

Cara Mudah Membuat Kompos

Jumat, 29 Juli 2011

kompos


Tidak banyak yang menyadari bila setiap hari kita memproduksi sampah yang jumlahnya terus meninggi.  Dan, kita juga tidak banyak menyadariya kian hari  kian sulit untuk membuang sampah.


Karena volume yang terus meninggi, lahan TPA (tempat pembuangan akhir sampah) cepat habis. Dan untuk memperluasnya tidaklah mudah. Reaksi warga di sekitar TPA  juga keras ketika mendengar ada rencana perluasan.

Mencari lahan TPA baru, terutama di kota-kota besar di Pulau Jawa lebih  sulit lagi. Warga sekitar  dengan keras selalu menolaknya. Mereka tidak rela bila pemukiman berdekatan dengan  tumpukan sampah. Ya.. siapa yang mau hidup  di lingkungan yang hampir tiap hari menghirup udara busuk.

Ada satu cara untuk menanggulangi makin menggunungnya sampah. Jika setiap rumah  tangga  memanfaatkan sampah organiknya untuk pupuk alami (kompos) bisa dihitung berapa pengurangan volume sampah yang terjadi.

Cara Membuat Pupuk Bioorganik dari Debu Sabut Kelapa

Pupuk bioorganik adalah kompos hasil inokulasi bahan-bahan organik dengan pembusukan (dkomposisi).cepat oleh penggunaan inokulasi mikroba yang homogen.salah satu bahan organik yang bagus dan potensial dijadikan pupuk bioorganik adalah debu sabut kelapa yang merupakan limbah industri perkelapaan. cara membuatnya:

Rabu, 27 Juli 2011

Pupuk Kompos Organik Cocopeat


Pupuk CocopeatTren penggunaan pupuk kompos organik menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Penggunaannya untuk tanaman pertanian ataupun tanaman hias semakin digandrungi, karena mampu meningkatkan kesuburan tanah. Begitu juga cocopeat sebagai media tanam pengganti tanah sekarang semakin digemari untuk para hobbies tanaman hias.

Limbah Pertanaman Kelapa untuk Pembuatan Kompos

Usaha untuk meningkatkan produktivitas dengan pemupukan sering terhambat oleh mahalnya harga pupuk buatan bahkan kadang pupuk tidak tersedia. Penggunaan pupuk buatan (anorganik) NPK secara terus-menerus juga dapat menipiskan ketersediaan unsur-unsur mikro seperti seng, besi, tembaga, mangan, magnesium, molibdenum, dan boron yang selanjutnya mengakibatkan tanaman menjadi kerdil, produksinya menurun, dan rentan terhadap hama/ penyakit (Tandon 1990).